Sabtu, 15 Desember 2012

HARI MAKAN UNAGI SELURUH JEPANG

Banyuwangi Produksi Unagi Kabayaki Untuk Dikirim Ke Jepang

BULUSAN – Dalam rangka mempresentasikan produknya kepada Bupati Abdullah Azwar Anas, PT Japfa Comfeed Indonesia  secara khusus menemui orang nomor satu di Banyuwangi itu,  Selasa pagi (17/1). Melalui anak perusahaannya, PT Suri Tani Pemuka (STP), PT Japfa Comfeed Indonesia  memperkenalkan produk barunya  yang bersaing di kancah internasional, yaitu unagi kabayaki. 

Unagi kabayaki dipercaya orang Jepang sebagai makanan bergizi untuk menambah stamina sepanjang musim panas. Pada hari Doyō no Ushi musim panas (sekitar minggu ke-3 atau minggu ke-4 bulan Juli) terdapat tradisi makan unagi kabayaki di seluruh Jepang.

Produk yang baru ada pertama kali di Indonesia ini akan dipasarkan keluar. Menurut Handojo Santosa, owner PT STP, saat ini pihaknya tengah mengumpulkan stock barang tersebut. Jika telah memenuhi jumlah yang dibutuhkan, maka barang baru akan diekspor ke Jepang. Pihaknya telah melakukan MoU dengan Marubeni Corporation, salah satu diantara 5 perusahaan terbesar di Jepang. Melihat pangsa pasar yang bagus dari unagi ini, Handojo tergerak untuk mengembangbiakkan unagi di Banyuwangi, yaitu tepatnya di desa Bomo.

Handojo menjelaskan, bibit unagi yang berasal  dari Pelabuhan Ratu, dipelihara sejak berukuran 0,01 milimeter hingga siap panen, 7 – 9 bulan berikutnya. Waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan panen udang yang hanya 3 bulan saja. Tidak heran jika harga unagi cukup mahal. Unagi seberat 200 gram saja harganya mencapai hampir Rp 200 ribu. Ada 3 spesies unagi yang dikembangbiakkan, yaitu Reinhardthi, Bicolor dan Marmorata. Reinhardthi di lidah orang Jepang kurang disukai karena tekstur dagingnya yang keras. Sedangkan Bicolor dan Marmorata menjadi primadona lantaran tekstur dagingnya yang lembut dan lunak.

Ternyata, hampir tidak ada bagian unagi  yang dibuang. Misalnya, bagian perut atau jeroan, disebut kimo, biasa dibakar seperti sate. Tulangnya pun bisa digoreng untuk dimakan biasa atau dibuat tepung. Unagi kabayaki itu sendiri dibakar dengan bumbu. Sidat atau unagi  yang telah masak akan diolesi saus manis atau asin, lalu dikemas. Jika unagi kabayaki dibakar dengan bumbu, berbeda lagi dengan unagi shirayaki yang dibakar tanpa bumbu.
 
Karena produksi yang berskala besar, semua produk langsung dibekukan pada suhu -30 derajat di conveyor dan langsung dikemas dalam kardus. Produk beku ini dapat tahan selama satu tahun apabila diletakkan di dalam pendingin bersuhu di bawah -18 derajat atau dua tahun apabila diletakkan dalam vacuum pack beku.
 
Bupati Anas mengatakan dirinya sangat mengapresiasi dan mensupport perusahaan agroindustri berbasis pangan ini. “Saya senang perusahaan sekelas ini ada di Banyuwangi, dan bisa merekrut banyak tenaga kerja,”tuturnya. Bupati yang dalam kesempatan itu didampingi oleh para asisten juga menyempatkan diri untuk mencicipi berbagai produk yang dibuat oleh PT STP, mulai dari unagi kabayaki, unagi shirayaki, kimo hingga  tulang unagi.(Humas & Protokol)