Banyuwangi Produksi Unagi Kabayaki Untuk Dikirim Ke Jepang
BULUSAN
– Dalam rangka mempresentasikan produknya kepada Bupati Abdullah Azwar
Anas, PT Japfa Comfeed Indonesia secara khusus menemui orang nomor satu
di Banyuwangi itu, Selasa pagi (17/1). Melalui anak perusahaannya, PT
Suri Tani Pemuka (STP), PT Japfa Comfeed Indonesia memperkenalkan produk barunya yang bersaing di kancah internasional, yaitu unagi
kabayaki.
Unagi kabayaki dipercaya orang Jepang sebagai makanan bergizi untuk menambah stamina sepanjang musim panas. Pada hari Doyō no Ushi musim panas (sekitar minggu ke-3 atau minggu ke-4 bulan Juli) terdapat tradisi makan unagi kabayaki di seluruh Jepang.
Produk yang baru ada pertama kali di Indonesia ini akan dipasarkan
keluar. Menurut Handojo Santosa, owner PT STP, saat ini pihaknya tengah
mengumpulkan stock barang tersebut. Jika telah memenuhi jumlah yang
dibutuhkan, maka barang baru akan diekspor ke Jepang. Pihaknya telah
melakukan MoU dengan Marubeni Corporation, salah satu diantara 5
perusahaan terbesar di Jepang. Melihat pangsa pasar yang bagus dari
unagi ini, Handojo tergerak untuk mengembangbiakkan unagi di Banyuwangi,
yaitu tepatnya di desa Bomo.
Handojo menjelaskan, bibit unagi yang berasal dari Pelabuhan Ratu,
dipelihara sejak berukuran 0,01 milimeter hingga siap panen, 7 – 9 bulan
berikutnya. Waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan panen udang
yang hanya 3 bulan saja. Tidak heran jika harga unagi cukup mahal. Unagi
seberat 200 gram saja harganya mencapai hampir Rp 200 ribu. Ada 3
spesies unagi yang dikembangbiakkan, yaitu Reinhardthi, Bicolor dan
Marmorata. Reinhardthi di lidah orang Jepang kurang disukai karena
tekstur dagingnya yang keras. Sedangkan Bicolor dan Marmorata menjadi
primadona lantaran tekstur dagingnya yang lembut dan lunak.
Ternyata, hampir tidak ada bagian unagi yang dibuang. Misalnya, bagian
perut atau jeroan, disebut kimo, biasa dibakar seperti sate. Tulangnya
pun bisa digoreng untuk dimakan biasa atau dibuat tepung. Unagi kabayaki
itu sendiri dibakar dengan bumbu. Sidat atau unagi yang telah masak
akan diolesi saus manis atau asin, lalu dikemas. Jika unagi kabayaki
dibakar dengan bumbu, berbeda lagi dengan unagi shirayaki yang dibakar
tanpa bumbu.
Karena produksi yang berskala besar, semua produk langsung dibekukan pada suhu -30 derajat di conveyor
dan langsung dikemas dalam kardus. Produk beku ini dapat tahan selama
satu tahun apabila diletakkan di dalam pendingin bersuhu di bawah -18
derajat atau dua tahun apabila diletakkan dalam vacuum pack beku.
Bupati Anas mengatakan dirinya sangat mengapresiasi dan mensupport
perusahaan agroindustri berbasis pangan ini. “Saya senang perusahaan
sekelas ini ada di Banyuwangi, dan bisa merekrut banyak tenaga
kerja,”tuturnya. Bupati yang dalam kesempatan itu didampingi oleh para
asisten juga menyempatkan diri untuk mencicipi berbagai produk yang
dibuat oleh PT STP, mulai dari unagi kabayaki, unagi shirayaki, kimo
hingga tulang unagi.(Humas & Protokol)